Kekerasan seksual pada anak sudah sering terjadi dan sangat memprihatinkan. Di Amerika Serikat, dimana banyak dilakukan penelitian mengenai frekuensi kekerasan seksual, perkiraan awal dari para ahli mengindikasikan sekitar satu dari lima anak - anak pernah mengalami suatu bentuk kekerasan seksual sampai mereka menginjak umur delapan belas tahun - baik itu ' kekerasan' yang dialami sebagai anak - anak, maupun 'pelecehan' atau 'pemerkosaan' (termasuk yang disebut "pemerkosaan saat kencan") ketika mereka dewasa. Penelitian di Inggris mencatat angka yang lebih rendah yaitu sekitar satu dari sepuluh anak - anak (satu dari delapan anak perempuan, satu dari dua belas anak laki - laki) , tetapi sejumlah faktor - termasuk " sikap hati - hati orang Inggris" yang terkenal itu - mungkin menjadi penyebab atas lebih sedikitnya kejahatan yang dilaporkan dari pada di Amerika. Dalam tingkatan apapun, angka satu banding sepuluh tidak berarti hal tersebut jarang terjadi.
http://ahliremaja.blogspot.com/
Dalam konteks yang lebih jelas, Anda sendiri mungkin mengenal beberapa orang yang mengalami kekerasan seksual saat masih anak - anak. Tentu saja, mereka tidak mengenakan lencana yang menunjukkkan hal itu, dan tidak ada tato bertuliskan "korban" di dahi mereka. Artinya, kerap kali Anda juga tidak mengetahui bahwa mereka pernah mengalaminya. Apalagi hal seperti itu juga bukan sesuatu yang biasa kita bicarakan.
Tetapi justru itulah masalahnya. Karena kita tidak membicarakannya, kita menciptakan budaya yang membisu terhadap masalah tersebut. Kita membuatnya menjadi tema yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini menjadi semacam buah simalakama. Karena tema tersebut sangat berat untuk dibicarakan, kita cenderung tidak membicarakan. Lebih jauh lagi, tidak membicarakannya bisa membuat kita tetap tidak banyak tahu, dan pada gilirannya membuat kita tidak lagi menghargai pentingnya membicarakan hal tersebut. Kebisuan pun berlanjut, ketidak tahuan berlanjut dan kejahatan pun berlanjut.
Ketidak tahuan akan lantas membuat kita bahagia. Tentu saja kita tidak ingin menakut - nakuti anak kita - atu diri kita sendiri - dengan mencurigai setiap orang yang mereka kenal. Lagi pula, 90 persen anak - anak tidak menjadi korban. Tetapi jika kita tidak banyak memberi tahu mereka mengenai kapan mereka benar dan orang lain salah, kita membuat mereka tidak mampu menghadapi tipuan yang mungkin dikatakan si pelaku. Pengetahuan adalah kekuatan: dengan memberi tahu anak Anda mengenai ancaman yang mungkin terjadi, berarti Anda memberi mereka bekal untuk melindungi diri dari ancaman yang mungkin datang.
No comments:
Post a Comment