Iklan Pilihan

Thursday, July 10, 2008

Mitos No. 2: Mempunyai pacar membuktikan saya sukses

Seseorang yang Punya Segalanya

http://ahliremaja.blogspot.com/

Kita semua tahu bagaimana mengenali orang sukses. Mobil mengilap mereka, jam Rolex dan pakaian buatan perancang terkenal adalah simbol status, menunjukkan kesuksesan mereka. Tetapi terkadang orang seperti itu bahkan memperluas pemikiran ini sampai dalam hal hubungan relasi. Mereka memilih pasangan yang akan membuat mereka tampil lebih baik - seperti nyonya eksekutif perusahaan besar yang memamerkan pacar prianya lyang masih muda didepan teman aau para rekan kerjanya, atau pimpinan perusahaan berusia separuh baya yang menggandeng wanita muda berambut pirang berpakaian minim dan mahal, yang usianya kurang dari separuh umurnya. "Lihatlah aku, "begitu mungkin kata mereka. "Aku punya semuanya - mobil Porsche, sebuah rumah peristirahatan, dan pasangan yang cantik."

Meskipun mereka tidak menginginkan simbol status yang sama, anak Anda juga mudah untuk terjebak dalam cara berpikir seperti in: "Seandainya aku punya seseorang yang bisa aku ajak jalan, maka aku menjadi orang sukses. Aku akan diperhitungkan. "Jika Anda memikirkannya, tentu saja ini pendapat yang agak konyol.'Sukses' tidak terletak pada hal - hal tersebut, dan sudah pasti itu tidak menjamin kebahagiaan.

Alfred Nobel, penemu kaya raya di abad ke - 19 yang menemukan dinamit, detonator, bubuk mesiu tak berasap dan gelignite (bom berdaya ledak tinggi terbuat dari gel nitroglycerin dan nitrocellulose yang dicampur dalam bubur kayu dan sodium atau potasium nitrat, biasanya digunakan untuk meledakkan batuan) memenuhi standar semua orang tentang sosok orang sukses - standar semua orang, bukan standarnya sendiri. Karena peledaknya semula ia direncanakan untuk digunakan di tambang dan pembangunan jalan, Nobel telah lama merasa gundah melihat bagaiman temuannya diterapkan di bidang militer yang menguntungkan. Tetapi di suatu pagi di tahun 1888 ia sangat terkejut saat membaca berita kematian dirinya sendiri di surat kabar. Seorang wartawan yang ceroboh tanpa sadar telah salah menyamakan dirinya dengan kakaknya yang belum lama meninggal, sehingga Nobel mendapat kesempatan langka untuk mengetahui bagaimana seluruh dunia memandang dirinya, yaitu sebagai seorang pedagang 'kematian' kaya raya yang telah menumpuk kekayaannya dari hasil perdagangan senjata. Melihat kesimpulan dari buah 'sukses'-nya tersebut, Nobel mendapat dorongan yang ia perlukan untuk meyakinkan diri bahwa ia akan diingat secara lebih baik saat berita kematiannya benar - benar ditulis. Ia berencana mengubah surat wasiatnya, agar setelah ia mati, sebagian besar kekayaannya diserahkan untuk mendanai hadiah yang memuat namanya dalam bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra dan, tentu saja, perdamaian.

Dengan kata lain, 'sukses', seperti kecantikan, tergantung pada mata yang melihatnya. Bagi banyak orang, kekayaan dan prestasi Nobel adalah simbol kesuksesan yang tidak diragukan lagi, tetapi baginya semua itu adalah pengingat semu akan betapa kosong hidupnya yang sebenarnya. Sama halnya, mempunyai pasangan bukan petunjuk yang baik atas 'kesuksesan' apapun yang layak dicapai. Sebagian orang paling 'sukses' didunia juga pernah menjadi orang - orang yang paling tidak bahagia. Elvis Presley sangat kaya raya, terkenal di seluruh dunia dan menikah dengan seorang wanita cantik. Tetapi ia, juga, mati karena over dosis, kegemukan dan putus asa, dalam umur yang baru empat puluh dua tahun.

No comments: