Iklan Pilihan

Thursday, July 10, 2008

Semua Berubah?

Sejak lama, baik opini medis maupun publik memandang homoseksualitas sebagai sebuah tindakan atas dasar kesengajaan, keras kepala dan jahat yang harus ditangani secara keras oleh masyarakat yang beradab. Tetapi pada permulaan abad ke - 20, saat ilmu psikologi masih dalam masa pertumbuhan, cara berpikir seperti itu mulai berubah. Bahkan, para dokter dan ahli psikologi mulai memandangnya sebagai suatu bentuk penyakit yang bisa ditangani - paling tidak secara teori. Menjadi gay dipanang sebagai 'penympangan' dari dorongan seks 'normal',dan homosekssual dikategorikan sebagai 'orang yang menyimpang'. Hal ini bertahan samapai tahun 1973, saat American Psychiatric Association dan WHO secara resmi menghapus homoseksualitas dari daftar ' penyakit kejiwaan' mereka.

http://ahliremaja.blogspot.com/

Berlawanan dari keyakinan sebagian orang, perubahan pendapat medis ini bukan akibat dari masyarakat baru yang ' serba membolehkan', tetapi karena para dokter mulai mendapat pemahaman yang lebih baik mengenai jenis orang seperti apakah gay itu. Kembali ke tahun 1950-an, penjelasan medis menyebut tiga penyebab utama homoseksualitas - hormon, keturunan dan lingkungan keluarga - semua pun begitu saja menerima bahwa kaum gay secara psikologis abnormal. Alasannya sedehana: penjelasan -penjelasan tersebut ditemukan oleh para dokter dan ahli psikologi yang mendasarkan pendapat mereka dari apa yang diceritakan pasien - pasien gay mereka. Tetapi, tentu saja, penjelasan itu diperoleh karena pssien -pasien tersebut adalah orang - orang yang mencari bantuan karena merasa bahwa homoseksualitas itu abnormal.

Pada tahun 1970-an, menjadi jelas bahwa, kecuali orientasi seksualitas mereka, kaum gay sama seperti kaum heteroseksual. Mungkin hal pertama yang terlintas saat mendengar kata 'homoseksual' adalah pria yang seperti wanita dan wanita yang seperti pria, tetapi itu jauh dari kenyataan sebenarnya. Homoseksualitas tidak berkaitan dengan seberapa 'feminin' atau 'maskulin' seseorang. Hal itu sama kelirunya dengan mengira semua gayadalah pria feminin seperti Julian Clary (atau bahwa semua pria yang seperti perempuan itu gay) dan menganggap jika semua pria heteroseksual itu macho seperti aktor Arnold Schwarzenegger (atu bahwa semua pria macho itu heteroseksual)!

Dengan kata lain, homoseksualitas tidak berhubungan sama sekali dengan satu faktor yang membuat kita secar fisik lebih ' maskulin' atau 'feminin':yaitu tingkat hormon. Orang tidak menjadi gay karena ia mempunyai terlalu sedikit hormon seks jenis kelaminnya sendiri atau terlalu banyak hormon seks lawan jenisnya. Secar medis,pria gay dan wanita gay sepemuhnya normal. Bahkan, kenyataannya kita semua mempunyai baik hormon pria (seperti testoren ) dan hormon wanita (estrogen). Sebagian pria mempunyai penampilan yang lebih 'feminin' karena tubuh mereka menghasilkan estrogen terlalu banyak atau testosteron terlalu sedikit. Sama halnya, sebagian wanita terlihat lebih 'maskulin' dari pada normalnya karena tubuh mereka menghasilkan testosteron terlalu banyak atau estrogen terlalu sedikit. Tetapi hal ini tidak terkait dengan hmoseksualitas. Ketidak seimbangan hormon bisa mempengaruhi penampilan, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa perilaku 'seperti wanita' atau yang ' maskulin' itu disebabkan oleh hormon seks yang kurang dari seharusnya.

Yang sebenarnya justru agak berlawanan dengan itu. Sebagian orang mengalami kekurangan hormon karena mereka mempunyai kromosom ganjil, rangkaian DNA padat yang masing - masing berisi ribuan gen. Hampir setiap sel dalam tubuh Anda mempunyai empat puluh enam kromosom, yang merupakan pasangan - kromosom 'X' 9 wanita) dan 'Y' (pria) - yang menentukan gender Anda. Wanita biasanya mempunyai dua kromosom Xdan pria mempunyai satu X dan satu Y. Tetapi wanita yang memiliki sindrom Turner hanya mempunyai satukromosom X, dan perllu suntikan estrogen secara teratur sejak ia mengalami masa puber agar dapat tumbuh buah dada dan mengalami menstruasi. Jika homoseksualitas disebabkan oleh ketidak seimbangan hormon. Anda akan menduga wanita penderita sindrom Turner yang tidak diberi hormon tambahan adalah gay Bahkan, mereka cenderung tidak tertarik pada seks baik dari pria maupun wanita. Labih jauh lagi, wanita yang mempunyai sindrom Turner biasanya lebih cenderung berperilaku feminin. Hal yang sama terjadi dengan pria yang menderita sindrom Klinefelter, mempunyai dua kromosom X dengan kromosom Y berjumlah normal. Tanpa suntikan testosteron, mereka mungkin tampak lebih feminin, tetapi mereka tidak berbeda dengan pria lainnya dalam perilaku atau orientasi seksual mereka.

Dengan kata lain, jika Anda mempunyai anak laki -laki yang lebih tertarik memasak dibanding menonton final Piala Dunia, atau seorang anak perempuan yang lebih suka mengangkat barbel ketimbang boneka Barbie, jangan buru - buru menyimpulkan mereka pasti gay , atau membawa mereka ke dokter. Dan jika sebaliknya anak Anda yang 'normal' dengan tenang memberi tahu Anda mereka gay, jangan mengharapkan mereka akan menjadi orang atau sesuatu yang lain dalam semalam. Sebagian kaum gay secara alamiah sesuai dengan stereotip tradisional, tetapi mayoritas tidak. Anak Anda tetaplah orang yang sama dengan sebelum ia mengatakan hal itu.

No comments: