Sebagian besar remaja perempuan memutuskan tidak mau menggugurkan kandungn mereka. Mereka merasa ingin, atau harus, menjalaninya sampai saat kelahiran. Meskipun begitu, sebagian dari mereka memilih memberikan bayinya untuk diadopsi setelah dilahirkan. Sebagian melakukannya karena mereka tidak sanggup memelihara bayinya; sebagian tidak ingin pendidikannya pendidikannya terbengkalai; sebagian merasa tidak siap menjadi ibu secara penuh; dan sebagian lagi yakin bahwa orang lain lebih siap dan mampu memberikan cinta dan dukungan yang menurut mereka diperlukan anaknya.
Adopsi bukan keputusan yang mudah, dengan alas an apapun. Menyerahkan bayi yang telah Anda asuh dalam kandungan selama sembilan bulan bisa sangat mengiris-iris hati, terlepas apakah sebelumnyaAnda memang menginginkannya atau tidak. Bahkan, sebagian wanita muda akhirnya merasa tidak mampu membiarkan proses adopsi itu terjadi dan memilih untuk memelihara sendiri bayinya. Mereka yang benar - benar menjalaninya bisa didera kesedihan atau penyesalan mendalam selama bertahun - tahun sesudahnya.
Bukan hanya si ibu saja yang akan menanggung dampak dari keputusan besar itu. Sebesar apapun cinta orang tua ankat mereka, sebagian besar anak adopsi selalu dihantui pertanyaan- pertanyaan: "Mengapa ibuku menyerahkan aku?" "Apa itu salahku?" "Apa ada yang salah dengan diriku?" Sebagian mulai mencari orang tua kandung mereka sesaat setelah secara hukum mereka dinyatakan bisa melakukannya, pada umur delapan belas tahun. (orang tua kandung secara hukum dilarang menghubungi anak - anak mereka lebih dulu) Biasanya mereka mempunyai satu pertanyaan di benak mereka: "Mengapa kau menyerahkanku untuk diadopsi?" Bagi sebagian anak - anak, hanya ada pertanyaan tidak lebih. Sedangkan yang lainnya diikuti oleh perasaan tidak utuh, dan seberapa pun tidak masuk akalnya perasaan itu, namun rasa itu tidak mau hilang.
Iklan Pilihan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment