Iklan Pilihan

Thursday, July 10, 2008

Keyakinan, Harapan dan Kemurnian

Tentu saja, inti dari segala 'pencucian otak' ini bukan agar Anda membuat keputusan bagi anak Anda, tetapi untuk membantu mereka membuat keputusan sendiri.

Setiap pagi, teman saya Jason berangkat untuk bekerja di kota dengan manaiki kereta api, dan setiap sore ia pulang ke rumah susun di pinggiran kota yang ia tinggali seorang diri. Rutinitanya hampir tidak pernah berubah. Ia tidak pernah keluar atau mengundang teman - temannya untuk makan malam. Bahkan ia merasa sulit berteman, sehingga ia hanya memiliki sedikit teman. Secara fisik tidak ada yang kurang dari dirinya. Ia hanya tidak punya rasa percaya diri atau kemampuan bergaul. Penyebabnya sederhana: Ibunya yang terlalu menyayanginya tidak pernah melepaskan dia dari pengawasannya. Ia terlalu melindunginya terus - menerus, takut kalau ia akan membuat keputusan yang salah sampai - sampai dia tidak pernah dibiarkan untuk membuat keputusan apapun seorang diri. Akibatnya, saat ibunya meninggal, ia tidak tahu bagaimana caranya hidup sendiri.

Di abad pertengahan, banyak ayah mengambil tindakan pengawasan yang sama, melindungi anak -anak mereka dari membuat keputusan yang salah dengan cara mencegah mereka membuat satu keputusan apapun. Sebagian ayah sangat ketat dalam melindungi kepolosan putri mereka jika menyangkut masalah seks, bahkan mereka sampai terpaksa mengunci mereka dengan ikat pinggang kesucian - cara yang terjamin aman untuk menjaga kemurnian mereka, mungkin begitu pikir Anda! Tetapi kenyataannya, cara ini tidak berhasil, dulu dan tidak juga sekarang. Bahkan dimasa abad pertengahan, gadis berbelenggu yang cerdik akhirnya menjalin hubungan dengan pemuda tampan, murid pandai besi untuk dibuatkan kunci cadangannya. Dimasa kini, mereka cukup membeli gergaji besi kecil, belajar cara membuka kuncinya, atau melaporkan Anda ke Dinas Sosial !

Yang sebenarnya terjadi adalah kita tidak bisa melindungi anak - anak kita dari kehidupan, tetapi kita bisa mempersiapkan mereka untuk menghadapi kehidupan. Jadi, daripada membuat keputusan - keputusan bagi kehidupan seksual anak - anak kita, tujuan kita harus untuk mendidik mereka membuat keputusan - keputusan bagi kehidupan seksual mereka sendiri. 'Memberi orang lain ikan', kata peribahasa lama, 'berarti Anda memberi dia makan selama sehari. Mengajarkan mereka menangkap ikan berarti Anda memberi mereka makan seumur hidupnya'.

Saat anak - anak kita sendiri masih kecil, seperti para orang tua lainnya, saya dan istri biasa memandikan dan mendandani mereka setiap hari. Sedihnya, tidak seorangpun dari mereka keluar dari rahim disertai tas perlengkapan mandi lengkap dan pengetahuan praktis mengenai kebersihan diri, jadi Cornelia dan saya harus mengajarkan mereka semua segala yang perlu mereka ketahui tentang mandi, berpakaian , menggunakan toilet, menggosok gigi, menyisir rambut, mengikat tali sepatu dan pada dasarnya membuat diri mereka tampil sepatutnya. Perlahan - lahan, pada saat mereka mulai memahami semua hal yang penting (atau mungkin sebagian besarnya), mereka pun tiba ke titik yang kita tuju: Do it Your self, ketika mereka dapat dan mau mengerjakan sendiri segala sesuatunya.

Sama halnya, tujuan akhir dari berbicara mengenal seks pada anak Anda bukan agar mereka mematuhi semua keputusan Anda seperti robot tanpa pikiran. Sebaliknya, hal itu dilakukan supaya mereka dapat membuat keputusan mereka sendiri, dan agar keputusan - keputusan itu sedapat mungkin konstruktif kreatif, dan bertanggung jawab. Lagipula, Anda tentu tidak ingin mereka disakiti, tapi itulah yang akan terjadi jika mereka membuat keputusan yang buruk. Jadi selalu ada tarik ulur antara keinginan agar mereka membuat pilihan - pilihan mereka sendiri. Sementara satu - satunya jalan meredakan ketegangan ini adalah jika Anda memberi bimbingan dan dukungan hingga mereka memiliki rasa percaya diri dan cukup pengetahuan untuk membuat keputusan yang baik dari mereka sendiri - keputusan yang tidak akan mereka sesali, dipagi ini atau lima tahun kemudian.

Sedikit banyak, hal ini pun seperti melengkapi mereka dengna semacam 'ikat pinggang kesucian' dalam dirinya, dimana hanya mereka yang mempunyai kuncinya. Anda ingin mereka pada saatnya nanti dapat menggantikan kerangka berpikir Anda dengan kerangka berpikir mereka sendiri. Untuk itu, mereka hanya tahu sejauh mana mereka bisa membuat pilihan dan apa saja akibat yang mungkin terjadi dari masing - masing pilihan tersebut. Tetapi mereka juga akan membutuhkan kepercayaan diri untuk membuat pilihan - pilihan itu. Jadi, orang tua yang bijak berbuat yang terbaik untuk menanamkan hal -hal yang terpenting yang bisa sangat membantu dan membimbing mereka: kebijaksanaan, kepercayaan diri dan pengendalian diri.

No comments: