Iklan Pilihan

Thursday, July 10, 2008

Rahasia Kita Berdua : Bagaimana Berbicara pada Anak Anda Mengenai Kekerasan Seksual

SAAT perusahaan pelayaran bergengsi White Star meluncurkan kapal penumpang raksasa Titanic di tahun 1912, dinyatakan bahwa kapal itu tidak hanya dibangun sebagai kapal penumpang terbesar di dunia, tetapi juga yang paling aman. Dengan baja berkeling, konstruksi dasar ganda, dilengkapi ruangan kedap air yang dijalankan dengan listrik, sampai - sampai membuat pers menyebut kapal itu 'tak tenggelam'. Tetapi setelah lima hari pelayaran perdananya ke New York , Titanic menabrak gunung es. Kisah selanjutnya, kata orang hanyalah sejarah. Tidak pernah ada lagi pembuat kapal yang begitu angkuh. Mereka tidak pernah lagi berani meyakini bahwa hal yang tak terpikirkan tidak akan pernah terjadi pada mereka.

http://ahliremaja.blogspot.com/

Bagi sebagian besar kita, bayangan bahwa anak kita mungkin diperkosa atau mengalami kekerasan seksual barangkali tidak pernah terpikirkan. Hal itu sangat mengerikan sampai - sampai kita menghapusnya dari benak kita, tidak lagi mampu - atau ingin - melihatnya sebagai sebuah kemungkinan yang sungguh - sungguh ada. Kekerasan seksual selalu merupakan sesuatu yang terjadi pada anak orang lain, bukan anak kita. Tetapi menerapkan pendekatan ini bisa berarti mengundang potensi bencana, sama seperti keyakinan berlebihan dari White Star telah mengantar Titanic menuju kehancuran.

Berbicara pada anak Anda mengenai bahaya kekerasan seksual bukan hanya bijaksana, tetapi sangat penting.Kita perlu serius menanggapi kemungkinan ancaman bahaya itu sampai kita yakin bahwa kita telah mengambil tindakan pengamanan sebagaimana mestinya, tanpa perlu bersikap berlebihan. Kita sangat perlu menempatkan hal ini dalam cara pandang yang benar menempatkannya di tengah - tengah antara kepuasan diri dan ketakutan berlebihan. Jangan biarkan ketakutan menghalangi impian anak kita. Jangan sampai karena kita begitu menaruh perhatian dengan potensi bahaya kekerasan seksual sampai - sampai kita mengawasi mereka selam 24 jam atau mengurung mereka di rumah seumur hidupnya. Saat Titanic tenggelam, pemerintah tidak kemudian menutup pelayaran antar benua melainkan memperketat prosedur keamanannya. Sama halnya, perusahaan penerbangan tidak lantas menutup usaha mereka hanya karena mereka tahu bahwa pesawatnya punya kemungkinan mengalami kecelakaan - sebagai gantinya, mereka mengambil langkah pencegahan dan memberikan peragaan langkah pengamanan bagi semua penumpang setiap kali sebelum terbang. Tujuan mereka sederhana: bukan untuk menakuti penumpang atau awak kabin, tetapi memastikan mereka tahu apa yang harus dilakukan jika ' yang tak terpikirkan' itu terjadi dan mereka harus mendarat darurat.

No comments: