Iklan Pilihan

Thursday, July 10, 2008

Kesempatan Terakhir

Sebagian orang berhubungan seks karena mereka merasa, pada titik rasa, pada titik tertentu, mereka seperti tidak punya hak untuk menolak. Mungkin mereka telah terhanyut dalam gairah yang lebih dari yang mereka inginkan. Mereka ingin berhenti, tetapi merasa itu tidak adil bagi pasangan mereka. Mungkin mereka tidak tahu bagaimana menghentikannya. Atau mungkin, karena telah setuju berhubungan seks dengan seseorang, mereka merasa sekarang harus melakukannya. Mungkin saja awalnya itu ide mereka. Tetapi sebenarnya, tak ada kata terlambat untuk memutuskan tidak melakukan hubungan seks.

http://ahliremaja.blogspot.com/

Saat film The Accused ditayangkan tahun 1988, film itu memunculkan banyak kontroversi. Film itu bercerita mengenai Sarah Tobias, seorang wanita yang diperkosa dengan brutal oleh sekelompok pria disebuah bar, serta perjuangannya menuntut keadilan melawan para pemerkosanya dan orang -orang yang mendukung mereka. Banyak lembaga pelayanan konseling korban pemerkosaan tidak senang dengan film itu, karena Sarah Tobias jauh dari tipe korban perkosaan: dia peminum, pemakai narkoba, berpakaian menggoda, pergaualn bebas, bicaranya kasar dan jelas - jelas mencari kesenangan, ia bahkan menggoda penyerangnya sebelum peristiwa perkosaan itu terjadi. Pengelola lembaga penanganan korban perkosaan khawatir hal itu akan mengaburkan masalah, tetapi mereka yang mendukung film itu menyatakan bahwa penggambaran tersebut justru memperjelas masalahnya. Sarah Tobias, kata mereka, punya hak untuk menggoda. Ia berhak memamerkan seksualitasnya dalam cara ia berpakaian dan menari. Ia juga berhak menyatakan batasan dan menolak berhubungan seks. Apakah ia memancing para penyerangnya? Mungkin. Tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa ia mempunyai hak secara legal dan moral untuk meminta dihentikannya tindakan lebih jauh, kapan saja. Saat para pemerkosa dan pendukungnya mengabaikan hak itu, mereka mengubah permainan saling menggoda menjadi sebuah perkosaan kejam.

Sama halnya, anak Anda selalu berhak menyatakan batasan dan menolak berhubungan seks. Dalam situasi apapun, tidak ada kata terlambat bagi mereka untuk berkata tidak. Kita semua pernah melakuakn hal - hal bodoh, membuat orang terpancing lebih dari seharusnya - mungkin kita tidak memikirkan akibat dari tindakan kita itu, atau mungkin kita merasa perhatian yang kita dapatkan begitu membuat kita tersanjung hingga tidak ingin itu berhenti. Tetapi meski berperilaku 'menggoda' seperti itu tidak bihaksana, tetap saja tidak mengubah fakta bahwa secara legal dan moral kita berhak berubah pikiran kapan saja - bahkan meski sudah separuh jalan, jika itu sudah terlalu jauh. Jadi anak Anda tidak harus melakukan sesuatu jika mereka tidak benar - benar menginginkan nya. Pada saat mereka berkata tida, mereka telahh mencabut persetujuan mereka. Dan seks tanpa persetujuan, bagaiamana pun, adalah pemerkosaan.

Jagi apa yang harus dilakukan anak Anda ? Bagaiamana cara mereka mengatakan tidak? Cara paling adil dan paling efektif adalah mereka melakukan apa yang dilakukan orang dewasa: mendorong tubuh pasangan mereka dan berteriak (hanya untuk memastikan bahwa mereka mendengarnya), "Stop! Aku tidak mau melakukannya!" Jika perlu, mereka harus melepaskan diri dan mengenakan kembali pakaian mereka. Gerakan tubuh seperti itu membantu memperkuat pesan bahwa 'kesenangan' benar - benar berakhir - lagu penutup sudah dikumandangkan. Kemungkinannya, tentu saja, pasangan mereka tidak akan terlalu senang karenanya. Bahkan, mungkin mereka perlu lebih diyakinkan bahwa anak Anda benar - benar serius. Tetapi jika mereka menghargai anak Anda, dan tidak ingin terlibat masalah berat, mereka pasti berhenti.

No comments: