Iklan Pilihan

Thursday, July 10, 2008

'Kabar Baiknya Adalah .... ' Seks dan Seksualitas itu Baik

'SEKS itu kotor, hina dan menjijikkan. Jadi lakukan itu hanya dengan istrimu saja !"

Seorang teman saya mengatakan bahwa itulah satu - satunya dari sedikit nasihat mengenai seks yang pernah diberikan orang kepadanya di tahun 1950-an. Tetapi meskipun ia bisa menertawakannya sekarang, ia mengakui penjelasan menyedihkan itu membuatnya bingung bertahun - tahun. Teman lain mengatakan ibunya masih sering berkata kepadanya, "Aku ingin kau tahu betapa aku banga karena aku 'bersih' sampai aku menikah dengan ayahmu ! ".

Disamping kenyataan bahwa seks ada dimana - mana - atau mungkin karena itu - reputasi seks tidak terlalu bagus. Mungkin ini merupakan warisan dari era Victoria, tetapi kita masih cenderung memandangnya sebagai sesuatu yang sedikit tak mengenakkan: 'nakal tapi enak'. Selama berabad -abad, banyak 'penjaga moral' masyarakat kita mengutuk keras semua hal mengenai seksualitas dan menganggapnya sebagai semacam 'kejahatan yang dibutuhkan' -satu bagian rahasia kehidupan yang memalukan, meskipun tidak bisa hidup tanpanya. Beberapa orang di era Victoria bahkan bertindak lebih jauh sampai menutupi organ seksual pada patung - patung terkenal - seperti patung perunggu Achilles di Hyde Park London yang terkenal - yang awalnya menggambarkan pria atau wanita telanjang. Daun ara ditambahkan dengan hati - hati oleh orang - orang yang menganggap pertunjukan umum ketelanjangan itu sebagai hal 'tak senonoh', dan merasa bertanggung jawab untuk membuat semuanya 'lebih rapi'.

Tentu saja, tidak semua negara didunia memiliki pandangan sama dengan ketidak nyamanan kita akan seks dan ketelanjangan. Pandangan itu bervariasi dari tempat dan budaya yang berbeda. Sementara beberapa negara Timur Tengah memilih untuk 'menutupi' lebih banyak dibandingkan di Inggris, tempat-tempat lain didunia - dari daratan gersang Afrika sampai pantai - pantai ramai di Mediterania - membiarkan tubuh setengah telanjang itu tanpa beban. Para lelaki di suku tertentu di Papua Nugini lebih Ekstrem lagi, dengan cara berpakaian tradisional yang hanya terdiri dari 'labu penis' (koteka) - atau tabung berlubang untuk menutupi penis yang diikat di tubuh menggunakan sebuah tali kulit tipis!

Tentu saja, cara berpakaian seperti itu tidak mungkin popular di Inggris. Salah satu alasannya, iklim di Inggris jauh lebih dingin - bahkan meskipun labu itu dirancang oleh Giorgio Armani! Bagaimanapun, Inggris adalah tanah bagi sarung tangan wol dan sepatu bot Wellington. Alasan lainnya, cara berpakaian seperti itu tidak cocok dengan 'sikap hati-hati' orang Inggris yang sudah terkenal di dunia. Sebagian besar orang Inggris cenderung lebih suka menyimpan asetnya rapat - rapat. Tetapi masalah yang muncul dari cara pendekatan kami yang agak tertutup terhadap ketelanjangan dan seks itu, tentu saja, bisa membuat kami hampir merasa malu dengan seksualitas kami.

Seperti kebanyakan orang tua, Corni dan saya bahagia melihat empat anak kami berlarian disekitar rumah dan pekarangan tanpa pakaian saat mereka kecil. Terlebih lagi, tidak ada tamu yang tampak keberatan dengan tontonan anak kecil telanjang yang demikian mencolok. Semua itu sangatlah wajar. Mesi kami tidak lagi mendorong mereka untuk meneruskan kegiatan itu mengingat badan mereka sekarang sudah dua kali lebih besar, kami tetap mencoba memastikan mereka tidak merasa malu dengan tubuh maupun seksualitas mereka. Kami mencoba memberikan tekanan yang sama besar pada apa yang boleh seperti juga pada apa yang tidak boleh saat memberi tahu mereka mengenai seks. Tentu saja kami mencoba mendidik mereka mengenai masalah, resikodan perangkap yang mungkin timbul, tetapi kami juga mencoba menjelaskan bahwa dengan orang dan situasi yang tepat, seks bisa tidak hanya menjadi bermanfaat tetapi juga indah. Kami tidak ingin mereka tumbuh dengan mempunyai kesan bahwa seks itu agak memalukan dan kotor - tidak hanya mereka mungkin akan gagal mendapatkan yang terbaik dari seks, tetapi mereka bahkan mumgkin akhirnya merasa bersalah karena menikmatinya. Hal ini tidak saja merugikan tetapi berpotensi mendatangkan bencana.

No comments: